Tidak perlu berpura-pura

 



 

Tidak perlu berpura-pura kuat jika nyatanya kita sedang tidak baik-baik saja atau bisa dibilang kita sedang rapuh dan butuh pundak untuk bersandar atau sekedar butuh teman bercerita atau bahkan teman berbagi cerita dan nasehat, tidak perlu juga berpura-pura bahagia jika kita hanya ingin membahagiakan semua orang padahal diri kita sedang dikondisi yang teramat sedih, membahagiakan sekitar adalah hal yang mulia tapi gak papa kok sesekali kita menunjukkan kesedihan, karena kesedihan dan kerapuhan itu hal yang wajar kok, yang terpenting tidak setiap hari dan sering kali kita bersedih dan rapuh.

Manusia akan melewati fase-fase kehidupan yang membahagiakan hingga melelahkan, jika kebahagian itu tak kunjung hadir, yakin deh kebahagian itu pasti akan segera hadir, Allah tidak akan memberikan ujian jika hambanya tidak mampu, jadi yakin deh pasti mampu melewati pasti bisa sampai titik kebahagiaan yang diimpikan.

Terkadang manusia sering kali bersembunyi dibalik topeng kebahagiaan dengan tertawa seolah sedang baik-baik saja, padahal didalam hati sedang menjerit dan ingin lari dari dunia yang bising ini, atau bahkan ingin menghilang dan kembali lagi ketika sudah baik-baik saja.

Memang bukan perkara mudah melupakan sebuah masalah dan melupakan masa lalu yang kelam.

Saya jadi teringat beberapa pekan lalu, saya mengajar materi masalah sosial, sebelum memulai materi saya meminta anak-anak untuk menuliskan masalah yang sedang mereka hadapi di selembar kertas.

Dari penugasan itu anak-anak terlihat antusias menceritakan permasalahan yang sedang mereka hadapi, bahkan ada yang mengatakan jika ditulis tidak cukup untuk mereka tuliskan, mulai dari permasalahan diri mereka sendiri, dengan keluarga, hingga tentang perasaan mereka dengan seseorang.

Tentang perasaan, Saya pernah membaca di sebuah buku, bahwasannya setiap perasaan yang manusia miliki, sejatinya manusia bisa mengontrolnya, apalagi masalah perasaan yang terkadang hadir perasaan bahagia dan terkadang hadir perasaan yang tiba-tiba sedih.

Saya pernah merasakan berada di posisi mereka, yang mana ketika masa sekolah adalah masa-masa yang inginnya, bersenang-senang tanpa ada beban pikiran yang bising di kepala.

Dan bahkan saya sempat mendengar salah satu cerita mereka yang mengatakan jika permasalahan teman-temannya adalah satu-satu atau dua-dua masalah yang berbeda di setiap orang, permasalahan yang sedang ia alami adalah permasalahan mereka semua yang menumpuk dengannya.

Tidak memungkiri ketika kita memutuskan untuk menjalani kehidupan dan besosialisasi dengan banyak orang atau bahkan ruang lingkup keluarga pasti permasalahan itu akan selalu hadir, dan terkadang kehadiran masalah itu tanpa ada permisi dan kepergiannya pun tak pernah tau kapan.

Karena jika manusia lebih bersabar, sejatinya manusia sedang di persiapkan hadiah-hadiah yang mungkin manusia tidak pernah menduganya.

Kehidupan ini seperti perjalanan, akan melewati jalanan yang seperti tol yang lurus-lurus dan mulus, atau jalanan yang berkerikil banyak tikungan atau jalan yang berlubang-lubang hingga curam.

Dari kisah-kisah yang mereka ceritakan, saya jadi banyak mengintrospeksi diri sendiri, bahwasanya setiap manusia memiliki masalahnya masing-masing, terkadang kita berfikir kok masalah ini engga selesai-selesai ya? namun nyatanya manusia saja yang enggan bersabar, terkadang masalah yang kita anggap berat masih ada masalah yang lebih dan lebih berat lagi yang sedang manusia lain hadapi.

Dan saya jadi teringat di dalam buku Filosofi Teras yang mengatakan masalah itu bisa menjadi besar atau kecil tergantung bagaimana manusia meresponnya.

Menjadi manusia tidak harus seutuhnya menjadi seseorang yang terlihat kuat atas setiap badai yang datang, boleh kok sesekalai melihatkan kerapuhannya yang terpenting jangan terus menerus ya J

Comments

  1. Sangat bermakna, mengandung penyamangat dan reminder diri disetiap goresan kalimatnya, semoga tulisan karya kakak inay ini dapat menjadi manfaat bagi setiap insan yang membacanya. ~Erial Syatari

    ReplyDelete

Post a Comment